Jumat, 14 Oktober 2011

Jangan Terlambat

Ada orang berkata bahwa waktu investasi. Aku sungguh-sungguh...sepenuhnya setuju dengan hal itu. Betapa tidak, dengan waktu kita akan selalu diberi kesempatan untuk menentukan langkah kita ke depan, dan tentu saja...tidak ada melangkah ke belakang. Oleh karenanya, dengan waktulah kita dapat tumbuh dewasa.

"Did I miss something?", pertanyaan itu pernah terlintas dalam pikiranku seiring dengan dinamisasi kehidupan yang terus berlangsung. Ada orang yang aku kenal tidak menyadari arti pentingnya seseorang dalam hidupnya ketika itu. Namun, mereka justru menyadarinya setelah apa yang ia cintai itu telah lenyap dari hari-harinya. Di sinilah pelajaran hidup berlangsung. Manusia akan selalu diberi tantangan untuk memanfaatkan waktu dalam mengambil setiap keputusan, bahkan mungkin untuk keputusan yang paling bisa mengubah kehidupan seseorang, seperti berkarir atau menikah.

Aku selalu yakin bahwa Allah subhanahu wa ta'ala Maha Mengetahui yang terbaik atas usaha manusia. Akan tetapi, tanpa ikhtiar bagaimana mungkin kita bisa yakin bahwa sebuah keputusan telah dipertimbangkan secara matang atau tidak. Waktu tidak akan pernah mundur, penyesalan di akhir sangatlah menyakitkan.

Senin, 10 Oktober 2011

Sebuah Pertanyaan

Pertanyaan itu sering sekali muncul dalam pikiranku..."Apa rencanamu dalam hidupmu?" Rasanya ada begitu banyak hal untuk menjadi jawabannya, karena memang begitu banyak hal yang ingin aku raih, wujudkan, dan tentunya ingin aku bagi sebagai pelajaran atau pengalaman hidup bagi generasi setelahku.

Berawal dari sebuah pertanyaan itulah, aku telah dididik oleh lingkunganku...orang tua, keluarga, sekolah, bahkan berbagai komunitas sepanjang perjalanan ketika berkendaraan untuk menuntut ilmu yang telah memvisualisasikan berbagai realita kehidupan. Dengan pertanyaan itu pulalah, pikiranku tergiring untuk memikirkan cara untuk mencapai setiap target yang telah aku buat.

Sering berjalannya waktu, aku telah "diajarkan" untuk selalu berantisipasi manakala pola yang telah dibuat ternyata menemui jalan buntu. Awalnya, aku sungguh memaksakan semuanya. Akan tetapi, waktu telah membuatku sadar bahwa perubahan dalam target pasti ada. Lalu, apakah aku telah gagal? Jawaban pikiran logisku adalah "Tentu saja tidak". Mengapa?? Karena target yang dibuat hendaknya disesuaikan dengan keadaan diriku sendiri yang pastinya berbeda dengan orang lain.

Waktu telah banyak mengajarkanku menghargai diriku sendiri dan apa yang telah bisa aku raih hingga saat ini. Tidak semua orang paham dengan keadaanku atau pemikiranku, tetapi hidup memang adil. Di sisi lain, aku juga tidak bisa sepenuhnya mengerti akan pilihan dan pemikiran orang lain. Jadi, buat apa dikisruhkan dengan ucapan-ucapan yang tidak simpatik?!

Oleh karenanya, sebuah pertanyaan itu telah menggiringku untuk lebih mengerti makna hakiki akan hak asasi manusia yang bermartabat. Bukan manifestasi hak yang merugikan orang lain, namun manifestasi yang mengangkat makna kebebasan yang sebenarnya bahwa setiap orang layak untuk memilih hal positif apa yang cocok bagi dirinya.

Jumat, 07 Oktober 2011

Tak Ada Cinta Tanpa Pengorbanan

Hidup manusia akan senantiasa lekat dengan cinta selama kita selalu berusaha memberikannya, maka pada akhirnya cinta itu akan datang dengan sendirinya. "Ga percaya?!", setidaknya kalimat itulah yang muncul pada otak "logisku" menanggapi hatiku yang sedang berbicara.

Kehidupan yang baik senantiasa dilandaskan oleh cinta yang menyangkut 3 pilar utama, habluminallah, habluminannas, dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Cinta akan butuh pengorbanan, tidak ada kehidupan yang hanya mengandalkan agar menerima cinta saja. Bagaimana mungkin itu terjadi? Selalu saja akan ada timbal balik dan hubungan aksi-reaksi dalam setiap langkah yang kita buat, maka jika kita ingin dicintai maka kita pun harus tak ragu untuk mengekspresikan cinta tersebut.Seperti pada hubungan manusia dengan Sang Khalik, manusia sepatutnya mencintai penciptanya dengan bersungguh-sungguh dalam mengamalkan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya...maka Dia pun akan mencintai kita.

Dalam kehidupan manusia, cinta antara sepasang jiwa selalu akan menjadi rona indah dan selalu menjadi aspek yang begitu erat dalam hubungan antara sesama. Kadang-kadang manusia bisa terdorong untuk menjadi lebih egois karena cinta karena pada dasarnya manusia memang sudah memiliki ego masing-masing. Berbagai cerita cinta seakan selalu saja menjadi hal yang menarik untuk bisa dipetik hikmahnya, karena dengan cinta kehidupan seseorang akan berubah seiring perjalanan waktu, Di balik itu semua, akan selalu ada faktor pengobanan yang termanifestasikan dalam beragam aspek.

Ada cinta yang karenanya seseorang kehilangan persahabatan, ada yang harus berhenti berkarir, dan ada pula  yang justru berubah (menjadi lebih baik) karena adanya cinta. Pada dasarnnya ada sesuatu yang mesti "hilang", itulah pengorbanan. Mungkin inilah bagian dari hidup yang mengajarkan manusia bahwa tidak semua hal yang kita inginkan bisa terpenuhi 100%, maka pertimbangan yang matang sangatlah diperlukan. Hal ini sangatlah natural untuk dijalani, karena setiap langkah memang selalu ada konsekuensinya.

Dengan cinta maka akan selalu ada pihak yang berkorban akan perasaannya. Namun, ketika cinta telah menginduksi seseorang menjadi lebih egois, justru kenyataan bahwa cinta tidak bisa dipaksakan tidak bisa disadari oleh sebagian orang. Ada yang berkompensasi untuk memutuskan silaturahmi secara tidak baik, ada yang terus menanamkan kedengkian, dan ada juga yang berdalih dengan selalu menyalahkan pihak lain atas kesalahan yang ia perbuat. Rasanya tidak cukup adil bagi mereka yang menginginkan kebahagiaan, justru mendapatkan hal-hal tidak baik dari pihak-pihak yang tidak terbahagiakan. Kehidupan memang warna-warni...penuh dengan gejolak.